Akhirnya terselesaikan juga. Yang dicari sudah ditemukan. Sudah didapatkan kesimpulan. Tak ingin terulang seperti sebelumnya. Berantakan. Kacau. Bingung. Marah. Kecewa. Siapa yang ingin menghadapi ha itu lagi? tak ada kurasa. Bahkan aku pun enggan.
Rintik hujan perlahan turun, dan semakin deras. Aku terduduk kaku di sofa ruang depan. Semakin gelap seiring mendung yang menutupi mentari siang ini. Menghela nafas panjang, bersamaan dengan hujan yang terus menetes. Setetes demi setetes air mata mengalir. Terasa hangat mengalir.
Akhirnya teriakan itu pun berubah menjadi air mata. Tetap tak ada kata yang terucap. Hanya tetesan demi tetesan yang berbicara untuk semuanya.
Inilah penyelesaiannya. Cukup sudah sampai disini.
Mereka bilang belum saatnya aku menata kembali hatiku. Masih terlalu rapuh, pasti akan lebih mudah hancur, begitu menurutnya.
Tapi tak bisa selamanya aku terjatuh seperti ini. Detik waktu tetap berjalan, enggan untuk menungguku hingga cukup kuat. Maka aku yang menerima tantangan waktu, aku yang akan mengejar waktu, bukan meminta waktu menungguku. Itu pilihanku.
Ku raih satu per satu kepingan yang tersisa. Mencoba untuk mengumpulkannya kembali dan menyatukannya. Kemudian berusaha mengisi kekosongan yang tertinggal. Hingga aku bisa merasakan hal yang sama laagi seperti sebelumnya.
Ini sulit?
iya-tapi aku tetap melakukannya.
Aku tak bisa selamanya disini.
Aku punya inginku. Aku punya hidupku.
Akan kulakukan dengan caraku
Sebelumnya aku bisa mengumpulkan kepingan itu, saat ini aku pun pasti bisa. Tapi aku tak pernah ingin merasakan hal seperti ini lagi. Karena aku tau, saat itu terjadi aku takkan bertahan lagi.
Semua orang punya batasannya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar